TES - TES INSTRUMENTASI KELOMPOK
MAKALAH
TES – TES KELOMPOK
Diajukan Sebagai
Tugas Kelompok Mata
Kuliah Instrumentasi Test
Dosen : Yuda Saputra, M. Pd
Disusun Oleh :
Muchammad Fatch Nuristiar
Alastu (201801500608)
Wafiq Azizah
(201801500609)
Febri Melia Sari
(201801500601)
Kelas : R4F
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tes – Tes Kelompok.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, khususnya kepada :
1.
Pak
Yuda Syahputra, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Instrumentasi Tes.
2. Teman Kelompok 6 selaku penulis dan pembuat makalah ini. Dan teman-teman yang lain yang bergabung dalam kelas “Reguler 4 F”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
belumlah sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.
Jakarta, 22 April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1
1.3 Tujuan................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tes Kelompok versus
Tes Individual................................................................
2
2.2 Pengetesan Secara
Adaptif dan Administrasi Tes menggunakan Komputer.... 6
2.3 Kumpulan Tes
Multilevel..................................................................................
8
2.4 Mengukur Multibakat........................................................................................
9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
11
3.2 Saran..................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi
tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999). Tes Psikologi
merupakan prosedur dalam assesment karakteristik psikologi dimana sample
tingkah laku testee didapatkan, diskor dan dievaluasi dengan prosedur yang
terstandar (Cohen dan Swerdllk, 2005).
Kelebihan tes di antaranya adalah atribut psikologis
dalam tes dapat di deskripsikan dengan jelas dan tepat, dalam pendekatan ini
ilmuan dipaksa mengukuti tata pikir dan tata kerja yang tertib, konsisten dan
terbuka. Hal ini diperlukan untuk memajukan ilmu pengetahuan. analisis tes
dilakukan secara matematis (statistik), yang dalam ilmu pengetahuan diakui sebagai
metode yang sangat kuat (powerful). Pendekatan kuantitatif itu memungkinkan
ilmuan membuat prediksi. Dengan pendekatan kuantitatif maka derajad
komunikabilitasnya menjadi tinggi.
1.2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Tes Kelompok versus Tes Individual?
B. Bagaimana pengetesan secara Adaptif dan Administrasi Tes menggunakan
komputer?
C. Apa saja kumpulan Tes Multilevel?
D. Bagaimana mengukur Multibakat?
1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui tentang Tes Kelompok versus Tes Individual.
B. Untuk mengetahui tentang pengetesan secara Adaptif dan Administrasi Tes
menggunakan komputer.
C. Untuk mengetahui tentang kumpulan Tes Multilevel.
D. Untuk mengetahui tentang mengukur Multibakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tes Kelompok versus
Tes Individual
A. Pengertian Tes Individu dan
Kelompok
Tes
Individu pada dasar nya memiliki beberapa jenis – jenis tes yang mencakup pada
individual, di antara lain tes kepribadian, tes intelegensi, tes kemampuan, dan
lain-lain. Semua tes menggambarkan karakteristik seseorang dalam berbagai aspek
yang diukur melalui tes yang dinginkan dari salah satu jenis tes individual
(Anastasi dan Urbina, 1997).
Tes
individu disebut juga dengan tes yang diberikan perorangan yaitu
tester berhadapan dengan orang yang di tes (testee). Tes Kelompok adalah
tes yang digunakan terutama dalam bidang pendidikan, pegawai negeri,
industri, dan dinas militer.
Tidak
ada pendekatan tunggal dalam pengukuran. Perbedaan teori dapat menyebabkan pula
perbedaan objek ukur dikarenakan perilaku manusia yang tidak terbatas,
permasalahan pengambilan sampel perilaku, adanya unsur eror dalam pengukuran,
permasalahan konsistensi dan ketepatan pengukuran, satuan dalam pengukuran,
permasalahan interpretasi hasil pengukuran, hubungan dengan konstrak lain dan
hasil pengukuran dikaitkan dengan fenomena lain yang dapat diamati.
B.
Macam – macam Tes Individu
:
1.
Rorschach
Herman Rorschach mengembangkan teknik Rorschach yang
dipublikasikan pada tahun 1921 bersamaan dengna dengan dipublikasikannya
monograph Psychodiagnostik. The Rorschach test adalah sebuah tes psikologi di
mana subjek mempersepsi sebuah bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian
dianalisis dengan menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog
menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik
maupun fungsi emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang
mendasari individu, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien tidak mau untuk
menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka
2.
TAT ( Thematic Apperception
Test )
TAT yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar
karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan
klien yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Tugas
klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi
apa yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat
klien.
Manfaat TAT :
a. TAT berguna dalam
mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat
menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose.
b. Manfaat khusus TAT. Sebagai
pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
3.
WAIS (Wechsler Adult
Intellegence Scale)
Tes WAIS adalah tes intelegensi individual yang banyak
digunakan untuk orang dewasa. Revisi terbaru dari tes WAIS adalah WAIS-IV pada
tahun 2008. Perubahan yang ada dari WAIS-III ke WAIS-IV adalah adanya
penambahan 2 sub tes. Rincian subtes untuk keempat skor indeks adalah sebagai berikut
:
a.
Indeks Pemahaman Verbal
b.
Indeks Pemahaman Perseptual
c.
Indeks Working Memory
d.
Indeks Kecepatan Pengolahan
4.
WISC (Wechsler Intellegence
Scale for Children)
WISC dipublikasikan pada tahun 1949. Untuk anak-anak
dengan usia 6-16 tahun. Revisi terbaru dari WISC adalah WISC-IV yang terdiri
dari 15 subtes dimana 10 diantaranya sebagai subtes inti dan lima diantaranya
dirancang sebagai tambahan.
5.
Stanford Binet
Tes Stanford Binet dapat digunakan untuk anak-anak
berusia 2 tahun sampai dengan orang dewasa berusia 85 tahun ke atas.
6.
Skala Kaufman
Pada skala Kaufman ini di bagi menjadi dua, yaitu :
a. Kaufman Assessment Battery
for Children (K-ABC)
Tes kemampuan kognitif yang dilaksanakan secara
individual untuk anak-anak dan remaja untuk usia 3-18. tujuan untuk mengurangi
perbedaan skor antara anak-anak dari kelompok etnis dan budaya yang berbeda.
b.
Kaufman Brief Intelligence
(K-BIT)
Tes penyaringan intelegensi umum standar yang baru-baru
ini dipublikasikan dalam bentuk edisi kedua yaitu KBIT-2 yang terdiri dari:
1) Skala Crystallized atau
verbal yang memiliki dua jenis soal (pengetahuan verbal dan teka-teki)
2) Skala non verbal atau Fluid
yang mencakup soal-soal matriks.
KBIT-2 dilaksanakan untuk peserta berusia 4-90 tahun dan dalam waktu kurang lebih 20 menit.
C.
Macam – macam Tes Kelompok
:
1.
Multidimensional Aptitude
Battery II (MAB-II)
MAB dirancang setara WAIS-R dan untuk menghasilkan
skor-skor IQ dengan sifat-sifat psikometrik yang sama dengan yang terdapat pada
WAIS-R. Untuk peserta tes usia 16-74 tahun. MAB-II menghasilkan 10 skor subtes,
serta IQ verbal, kinerja, dan skala penuh.
2.
Tes Kemampuan Kognitif
(CogAT – Cognitive Abilitiy Test
CogAT merupakan salah satu tes kombinasi terbaik berbasis
sekolah yang digunakan saat ini (Lohman & Hagen, 2001). Sembilan subtes
CogAT mencakup Tes Kombinasi Verbal, Tes Kombinasi Kuantitatif, dan Tes
Kombinasi Nonverbal.
3.
Culture Fair Intelligence
Test (CFIT)
Merupakan pengukuran non verbal intelegensi yang berupaya
memi-nimalkan bias budaya.
4.
Matriks Progresif Raven
(RPM)
Merupakan tes nonverbal penalaran induktif yang di
dasarkan pada stimuli ber-gambar. RPM bermanfaat sebagai pengujian tambahan
untuk orang-orang yang memiliki kelemahan pendengaran , bahasa, dan fisik.
5.
EPPS (Edward Personality
Preference Schedule)
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule)
merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini
di kembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan
yang harus dimiliki manusia. Edward menyiapkan beberapa butir soal sesuai
dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya digunakan orang-orang yang akan memasuki
dunia pekerjaan.
6.
PAPI (The Personality
Preference Inventory)
Tes ini merupakan pemeriksaan yang khusus berkaitan dengan kerja, tes ini berusaha untuk menjelaskan serta menjawab pertanyaan terkait permasalahan kepribadian inheren. Gaya bekerja seseorang dan melihat kemampuan seseorang dalam mengatasi dinamika dalam kelompok, terutama karyawan dalam perusahaan.
D.
Perbedaan antara tes
individu dan kelompok diantaranya :
1.
Dalam hal bentuk maupun
susunan butir soal (item).
2. Pertanyaan-pertanyaan
terbuka (open-ended) yang mengundang tanggapan bebas dapat digunakan, dan
digunakan dalam tes-tes kelompok awal, dewasa ini tes
khusus menggunakan butir soal multi pilihan.
3.
Perubahan ini dituntut demi
keseragamaan dan obyektivitas skoring.
4.
Kontrol atas kesulitan soal.
5. Pemberian skor objektif dengan menggunakan program.
E.
Beberapa keuntungan dan
kerugian tes Individu diantaranya :
1.
Keuntungan tes Individu.
a. Tester dapat melakukan
observasi yang mendalam terhadap testee.
b.
Lebih mendalam mengetahui
karakter spesifik individu.
c. Isi atau konten pertanyaan
lebih spesifik dan mendalam.
2.
Kerugian tes Individu
a. Memerlukan waktu yang lebih
banyak dibandingkan tes kelompok.
b. Hasil tes bersifat spesifik pada individu tertentu dan tidak bisa di generalisasikan kepada individu lain.
F.
Beberapa keuntungan dan
kerugian tes kelompok adalah :
1.
Keuntungan Tes Kelompok.
a.
Alat ini dirancang untuk
testing massal.
b. Diselenggarakan secara
simultan bagi banyak mungkin orang yang benar-benar bisa disesuaikan dengan
ruang yang tersedia dan jangkauan suara mikrofon.
c. Soal-soal yang dicetak dan
jawaban-jawaban sederhana yang dapat direkam pada sebuah
brosur tes atau lembaran jawaban, atau pada sebuah komputer, hubungan orang
perorang antara penguji dan peserta tes bisa diabaikan.
d. Waktu testing yang tersedia
dapat digunakan lebih efektif jika setiap peserta tes berkonsentrasi kepada
soal-soal yang sesuai kemampuannya.
2.
Kerugian Tes Kelompok.
a. Penguji memiliki peluang
yang jauh lebih kecil untuk behubungan, bekerjasama, dan mempertahankan minat
peserta tes.
b. Kondisi peserta sakit,
lelah, riasu, cemas yang bis mempengaruhi kinerja tes kurang didektesi dalm
testing kelompok dibandingkan testing individual.
c. Tes diselenggarakan karena
keterbatasan-keterbatasan yang diberikan pada jawaban- jawaban peserta.
d. Observasi kurang mendalam
kepada setiap individu.
2.2. Pengetesan Secara Adaptif dan
Administrasi Tes Menggunakan Komputer.
Perkembangan teknologi komputer
berdampak pada semakin berkembangnya metode pengadministrasian tes. Jika dulu
tes hanya disajikan dengan paper and pencil, sekarang
penggunaan komputer untuk melakukan tes sudah umum dilakukan. Hal ini tentu
saja lebih menghemat sumber daya kertas dan juga waktu skoring. Selama ini kita
mungkin familiar dengan istilah Computer
Based Test (CBT) atau
tes berbasis komputer. Secara umum, CBT merupakan versi komputerisasi dari tes
dengan metode manual yang mengunakan
kertas dan pensil, jadi hanya memindahkan media yang sebelumnya
mengerjakan di lembar jawaban ke komputer. Pengadministrasian dan
skoring dilakukan dengan komputer, baik secara online maupun secara offline,
sehingga dapat lebih cepat dan dapat langsung dilihat hasilnya. Karena
dilakukan dengan komputer, soal yang disajikan atau distraktornya pun bisa
diacak sesuai dengan keinginan penyedia tes. Namun, penyajian tes dan skoring
masih sama seperti model tes
manual.
Model lain pengadministrasian tes yang
memanfaatkan teknologi komputer adalah Computer Adaptive Testing (CAT). CAT merupakan prosedur pengadministrasian tes dengan
komputer yang adaptif karena butir soal yang disajikan dapat menyesuaikan
dengan tujuan pengetesan dan abilitas subjek. Penggunaan CAT memungkinkan
pembuat tes untuk membuat tes yang lebih efisien dalam mengukur kemampuan
subjek dari berbagai tingkat kemampuan. Tes yang menggunakan media CAT terdiri
dari butir soal yang dipilih secara acak oleh komputer dari bank soal
berdasarkan dari tingkat kesulitannya. Butir-butir soal yang dipilih sesuai
estimasi terhadap tingkat kemampuan subjek. Bank soal yang dipakai dalam CAT
telah teruji dan terkalibrasi dengan optimal untuk populasi tertentu sehingga
kesalahan standar pengukuran (SEM) panjang tes mengalami penurunan tanpa
mengurangi presisi dan kehandalan (Gershon, 2005).
Pelaksanaan tes antara satu subjek
dengan subjek lainnya berbeda-beda karena tes baru akan berhenti jika telah
diperoleh keseimbangan antara abilitas subjek dengan tingkat kesulitan butir,
hingga diperoleh suatu presisi. Setiap soal memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda, selain itu setiap subjek juga memiliki tingkat abilitas yang berbeda -
beda. Dengan menggunakan teknik analisis tertentu, tingkat kemampuan subjek dan
tingkat kesulitan butir dapat berada pada kontinum atau metrik yang sama. Oleh
karena itu, sebuah butir soal dapat dikatakan tidak sesuai dengan tingkat
kemampuan subjek jika tingkat kesulitan butir lebih tinggi atau lebih rendah di
banding dengan kemampuan subjek. Jika seorang subjek berhasil mengerjakan satu
butir soal maka dia akan disajikan butir soal yang memiliki tingkat kesulitan
lebih tinggi. Namun jika subjek salah dalam menjawab soal pertama maka pada
soal kedua subjek akan diberikan soal yang memiliki tingkat kesulitan lebih
rendah. Proses ini akan berlangsung terus-menerus hingga tingkat kesulitan
butir soal yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan subjek. Tes akan
berhenti ketika akurasi estimasi terhadap kemampuan subjek cukup tinggi.
Teori psikometri yang digunakan
dalam prosedur CAT ini adalah analisis butir dengan menggunakan Model Rasch
atau Teori Respons Butir (IRT). Model Rasch/IRT juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi seberapa jauh butir memberikan informasi
mengenai abilitas seseorang. Butir yang sesuai dengan kemampuan
subjek akan memberikan informasi yang optimal dibanding dengan butir yang tidak
tepat dengan abilitas yang diukur. Berkaitan dengan hal ini Rasch/IRT salah
satu statistik yang dipakai untuk menjelaskan besarnya informasi yang
didapatkan dari pemberian soal adalah indeks informasi butir. Karena harga
indeks ini berlaku berbeda antara satu level abilitas dengan level
abilitas lainnya, maka seringkali indeks ini diwujudkan dalam bentuk fungsi
yang dinamakan dengan fungsi informasi butir (item informatif function/IIF).
Jika indeks ini dikaitkan dengan properti pada level tes, maka
dinamakan dengan fungsi informasi tes (Test informatif function/TIF).
Dua properti statistik inilah yang dipakai untuk perakitan butir (test
assembly) yang sangat berguna dalam pengadministrasian CAT. Menurut Bjorner
dik. (2007) IRT memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1. Relevansi dan presisi tes dapat dioptimalkan untuk beban responden
diberikan.
2. Presisi tes dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang spesifik. Jika
seorang pengguna tes tidak memerlukan presisi tinggi, pengetesan tes dapat
dihentikan lebih awal untuk mengurangi beban responden. Namun jika diharapkan
tes akan memberikan presisi yang tinggi, maka perlu diberikan butir tambahan
untuk pengukuran lebih lanjut.
3. Skor yang dihasilkan dari butir soal tertentu ditempatkan pada metrik
yang sama dengan butir soal lain yang mengukur atribut yang sama dan tingkat
abilitas yang sama terlepas dari bank soal mana yang digunakan.
4. Bank soal dapat dikembangkan secara bertahap dengan pengawasan dan
evaluasi kualitas butir yang berkelanjutan.
5. Proses subjek dalam menjawab dapat dipantau secara langsung (real
time) untuk memastikan tingginya kualitas penilaian. Selain itu pola-pola
jawaban yang tidak konsisten tetap dieksplorasi untuk mendeteksi adanya
kemungkinan soal yang bocor atau subjek yang menyontek.
Salah satu poin penting dalam
pengembangan CAT adalah adanya bank
soal yang memadai. Istilah bank soal secara umum digunakan untuk
menunjukkan koleksi butir dalam jumlah yang sangat besar. Butir yang bisa
disimpan dalam bank soal dapat diambil oleh berbagai aspek, misalnya jenis mata
pelajaran, tujuan pengukuran jenis instruksional, sifat pengukuran. Properti
psikometris yang disertakan dalam bank soal dapat berupa tingkat kesulitan atau
daya diskriminasi butir. Pengembangan bank soal juga harus memudahkan program
komputer untuk mengakses dan memberikan butir kepada subjek tes. Agar program
komputer dapat mengakses dan memilih butir dengan baik, pengembang tes harus
(a) menyediakan bank soal yang mampu menjangkau semua tingkat abilitas subjek
di dalam populasi, (b) memiliki cadangan butir soal alternatif untuk setiap
tingkatan abilitas yang diukur. Teori analisis tes modern, misalnya
Rasch/IRT merupakan komponen yang penting dalam pemilihan butir soal untuk
mengonstruksi bank soal.
Maraknya penggunaan komputer di
berbagai bidang belakangan ini di Indonesia, tidak di ikuti dengan
pemanfaatannya untuk pengetesan psikologi. Dengan Computerized Adaptive Testing
(CAT), komputer dimanfaatkan untuk memberikan item tes secara adaptif kepada
penempuh tes yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Secara psikologis,
pengadministrasian tes secara adaptif dianggap lebih adil dan lebih tepat
mengukur kemampuan individual dibandingkan administrasi tes secara
konvensional. Walaupun CAT telah di kembangkan di Amerika Serikat sejak 1970-an
dan telah digunakan secara luas sejak 1990-an (misalnya pada TOEFL, GRE, GMAT,
atau ASVAB), pengembangan dan pemanfaatan nya di Indonesia masih terbatas.
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan kemungkinan pemanfaatan dan pengembangan
CAT secara psikologis untuk pengetesan psikologis di Indonesia.
2.3. Kumpulan Tes Multilevel
A. Tinjauan.
Harus meliputi rentang kesulitan yang relative terbatas,
cocok untuk usia, tahap atau tingkat kemampuan tertentu, supaya
bisa memberikan ukuran yang sebanding dari perkembangan intelektual selama
rentang yang luas seri dari kumpulan res multilevel yang berumpang tindih telah
dikonstruksikan.
B. Kumpulan Tes yang Representatif.
Kumpulan tes ini dipilih berdasarkan resensi dari revisi terakhir mereka, mutu yang tinggi
dari prosedur konsruksi tes mereka dan ukuran serta kerepresentatifan sampel
baku mereka. Korelasi retes tinggi menunjukan stabilitas yang memuaskan,
korelasi dengan tingkatan sekolah dan dengan tes prestasi menunjukan validitas
prediktif yang baik. Interkorelasi antar skor bagian, juga analisis faktorial
menyingkapkan satu faktor umum yang luas melalui masing-masing kumpulan tes
total.
C. Isi Tes yang Umum pada Level yang Berbeda.
Pada usia prasekolah, pengetesan
secara individu diperlukan untuk membuat dan mengelola rapor, demikian
pula penyelenggaraan tes dengan
soal-soal tipe oral dan kinerja sesuai untuk anak seusia itu. Tes kelompok unuk
level pertama umumnya meliputi taman kanak-kanak dan kelas satu atau dua
sekolah dasar. Tes untuk level sekolah dasar dari kelas tiga atau emapt keatas
mempunyai banyak hal yang sama baik dalam isi (content) maupun dalam rancangan umum. Level lebih tinggi dari
kumpulan tes multilevel, cocok untuk pelajar sekolah menengah.
D. Pengenalan atas Multibakat.
Ada satu kecenderungan besar untuk menjembatani kesenjangan awal antara pengetesan secara
keseluruhan, kemampuan umum dan pengukuran terhadap bakat-bakat terpisah yang
relative independen. Dalam OLSAT (1996) ditunjuk bahwa skor total sendiri
terbatas pada sekelompok bakat “pendidikan verbal”, kumpulan tes tidak ditunjukkan untuk mengukur segmen “praktik mekanik:
dari inteligensi umum.
2.4. Mengukur Multibakat
Banyak ahli mengemukakan pengertian
mengenai bakat individu. Dari pengertian mengenai istilah tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa bakat berhubungan dengan aktivitas atau kegiatan individu dalam
melakukan sesuatu. Bakat merupakan potensi atau kekuatan fisik maupun psikologis
seseorang untuk melakukan sesuatu yang mencerminkan adanya kualitas diri yang
ditunjukkan dengan adanya achievement (prestasi) sebagai actualability. Istilah bakat di kaitkan
dengan suatu potensi atau kemampuan khusus yang dimiliki seseorang.
Di beberapa negara, penelitian tentang multiple intelligence ini sudah banyak dilakukan. Begitu pula pengembangan
alat ukur multiple intelligence sudah
di buat dan di standardisasi. Amstrong (2002) dalam buku nya yang berjudul Multiple Intelligences in the Classroom,
membuat alat ukur untuk mengungkap profil multiple
intelligence yang dimiliki, baik pada orang dewasa maupun siswa. Charles Branton Shearer
dari Ohio USA mengembangkan sebuah alat ukur multiple intelligence
I'
yang ia beri nama dengan Multiple Intelligence Development Scales (MIDAS). Alat ukur multiple intelligence ini di kembangkan pada
anak – anak hingga orang dewasa. Di Indonesia penelitian tentang multiple intelligence ini belum banyak dilakukan.
Begitu pula penelitian yang berkaitan dengan pengembangan pengukuran multiple intelligence ini belum penulis temukan. Dengan demikian pengembangan alat ukur multiple intelligence yang sesuai dengan
karakteristik orang Indonesia sangat di butuhkan.
Tes inteligensi tradisional, dilakukan secara individu
atau kelompok dirancang terutama untuk menghasilkan ukuran global tunggal dari
tingkat perkembangan kognitif individu secara umum seperti IQ, akan tetapi baik
perkembangan praktis maupun teoritis, menarik perhatian ke bakat khusus
tertentu.
A.
Differential Aptitude Test
(Tes Bakat Diferensial).
Salah satu dari kumpulan
tes multibakat yang paling luas digunakan adalah DAT. Pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1947, DAT telah direvisi secara berkala. Kumpulan tes
itu dirancang untuk digunakan dalam bimbingan karier siswa kelas 8 sampaai
kelas 12. DAT terdiri dari delapan tes, yaitu : penalaran verbal, penalaran
numeric, penalaran abstrak, kecepatan dan kecermatan persepsi, penalaran
mekanik, hubungan ruang (spatial),
ejaan dan penggunaan bahasa.
B.
Kumpulan Tes Bakat Multidimensional.
Tes bakat multidimensional (Multidimensional Aptitude Battery : MAB)
adalah tes kelomok yang dirancang untuk menilai bakat-bakat yang sama seperti Wechsler
Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R) yang mencakup lima subtes skala
verbal, yaitu : informasi, komprehensi, aritmatik, keserupaan dan kosakata. Ada
pula lima subtes dalam skala kinerja, yaitu: symbol digit, pelengkapan gambar,
ruang, pengaturan gambar dan perakitan objek.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tes
Individu pada dasar nya memiliki beberapa jenis – jenis tes yang mencakup pada
individual, di antara lain tes kepribadian, tes intelegensi, tes kemampuan, dan
lain-lain.
Macam – macam Tes Individu :
1.
Rorschach.
2.
TAT (Thematic Apperception Test).
3.
WAIS (Wechsler Adult
Intellegence Scale)
4.
WISC (Wechsler Intellegence
Scale for Children)
5.
Stanford Binet
6.
Skala Kaufman
Macam – macam Tes
Kelompok :
1.
Multidimensional Aptitude
Battery II (MAB-II)
2.
Tes Kemampuan Kognitif
(CogAT – Cognitive Abilitiy Test
3.
Culture Fair Intelligence
Test (CFIT)
4.
Matriks Progresif Raven
(RPM)
5.
EPPS (Edward Personality
Preference Schedule)
6.
PAPI (The Personality
Preference Inventory)
Model lain pengadministrasian tes yang
memanfaatkan teknologi komputer adalah Computer Adaptive Testing (CAT). CAT merupakan prosedur pengadministrasian tes dengan
komputer yang adaptif karena butir soal yang disajikan dapat menyesuaikan
dengan tujuan pengetesan dan abilitas subjek. Penggunaan CAT memungkinkan
pembuat tes untuk membuat tes yang lebih efisien dalam mengukur kemampuan
subjek dari berbagai tingkat kemampuan.
Tes Bakat antara lain :
1.
Differential Aptitude Test
(Tes Bakat Diferensial).
2. Kumpulan Tes Bakat Multidimensional.
3.2 Saran
Di dalam pembuatan makalah ini
tentunya penulis memiliki banyak kekeliruan yang mungkin tidak di sadari oleh
penulis. Dari itu, di harapkan kepada seluruh pembaca, jika menemukan
kekeliruan dalam makalah yang kami buat ini, maka penulis berharap pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun, supaya penulis tidak lagi
melakukan kesalahan yang sama. Dan demi mewujudkan karya – karya ilmiah yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi,
Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks.
Markam, S Suprati (1997). Kapita Selekta
Psikodiagnostik, Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Gregory, Robert. J. (2004). Psychological Testing:
History, Principles and Applications. USA: Pearson Education
Group, Inc.
Kaplan, Robert. M & Saccuzzo, Dennis.P. (2013). Psychological
Testing. USA: Wadsworth.
Bjorner, J. B., Chang, C.-H., Thissen, D., & Reeve,
B. B. (2007). Developing tailored instruments: item banking and computerized
adaptive assessment. Quality of Life Research, 16(1), 95-108.
doi:10.1007/s11136-007-9168-6
Gershon, R. C. (2005). Computer Adaptive Testing. Journal
of Applied Measurement, 6(1), 109-127.
Armstrong, T.
(2002). Setiap anak cerdas :Panduan membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelligence
nya.. .Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Komentar
Posting Komentar